Jumat, 12 April 2019

SAATNYA KITA BERUBAH LEBIH BAIK DENGAN PHBS



Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
PHBS merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. 
Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.  
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

Beberapa Tatanan PHBS

Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :
  • PHBS di Rumah tangga
  • PHBS di Sekolah
  • PHBS di Tempat kerja
  • PHBS di Sarana kesehatan
  • PHBS di Tempat umum

Manfaat PHBS

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
  • Manfaat PHBS Di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajarmengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.
  • Manfaat PHBS Di Rumah Tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat phbs rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak dpt tumbuh sehat dan tercukupi gizi
  • Manfaat PHBS Di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan mau untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan dalam menciptakan tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat kerja yang positif .
  • Manfaat PHBS di Masyarakat
Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Indikator PHBS Di Sekolah

PHBS Di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat.
Contoh phbs di sekolah
  • Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
  • Mengkonsumsi jajanan sehat,
  • Menggunakan jamban bersih dan sehat
  • Olahraga yang teratur
  • Memberantas jentik nyamuk
  • Tidak merokok di lingkungan sekolah
  • Membuang sampah pada tempatnya, dan
  • Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat.

Tatanan PHBS Rumah Tangga

Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
  1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
    Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
  2. Pemberian ASI eksklusif
    Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.
  3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
    Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
  4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
    Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
  5. Menggunakan air bersih
    Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
  6. Menggunakan jamban sehat
    Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
  7. Memberantas jentik nyamuk
    Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
  8. Konsumsi buah dan sayur
    Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
  9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
    Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
  10. Tidak merokok di dalam rumah
    Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.




Salah Satu Aktivitas PHBS - Cuci Tangan Pakai Sabun

Pentingnya Materi PHBS Di Setiap Tatanan

Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan lain yang tidak kalah penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS di tempat kerja. Keseluruhan dari materi PHBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang terlibat pada setiap tatanan.
Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku hidup bersih dan sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber berbagai penyakit. Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi sesuatu yang tidak kalah penting.
Perilaku hidup bersih dan sehat yang berasal dari implementasi materi PHBS dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Menjalankan praktek indikator – indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan untuk memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun dan juga kapanpun.

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE


A. PENGERTIAN.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enterovirus, poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis




C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

D. MANIFESTASI KLINIS DIARE
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
F. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum

Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata Sehat

Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120 br="" cengeng="" gelisah="">Apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140) Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat









c. Gejala klinis
Gejala klinis Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
Baik (CM)
+

N (120)

Biasa

Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Gelisah
++

Cepat

Agak cepat

Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Apatis-koma
+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis

G. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Umur Berat Badan Total/24 jam Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun 3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0 250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700 80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 50
75
125 100
100
100 25
25
25 175
200
250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)








H. PATHWAYS
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke sempat diserap
lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan
dan elektrolit
Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia
Hipokalemia
Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor
tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan lemah
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002


I. PENTALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)
DI RUANG BEDAH RSUD ARGAMAKMUR

A. KONSEP DASAR
a. Pengertian
Cidera kepala ringan adalah gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdsatahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.

b. Istilah yang dipakai dalam cidera kepala antara lian ;
1. Terbuka dan tertutup
Cidera kepala terbuka berarti mengalami laserasi kulit kepala atau peluru menembus otak. Cidera kepala tertutup dapat disamakan dengan pasien edema.
2. Kup dan kontra kup (menggambarkan lokasi
Kup menyebabkan kerusakan yang relative dekat dengan daerah yang terbentur. Kontra kup kerusakan yang terjadi berlawanan dengan daerah benturan.
3. Akselerasi dan deselerasi
Menggambnarkan gerakan kepala bila terjadi guncangan atau benturan. Tipe kerusakan tergantung dari jumlah dan jenis aselerasi, nilai cidera aselerasi dan durasi

c. Etiologi
1. Trauma oleh benda tajam yang mentebabkan cidera setempat
2. Trauma oleh benda tumpul yang menyebabkan cidera menyeluruh

d. Klasifikasi
1. Berdasarkan mekanisme
 Trauma tumpul
 Trauma tembus
2. Berdasarkan keparahan cidera
 Cidera kepala ringan
 GCS 13-15
 Hilang kesadaran <30 br="" menit=""> Tidak ada fraktur
 Cidera kepala sedang
 GCS 8-12
 Hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit sampai 24 jam
 Dapat mengalami fraktur
 Cidera kepala berat
 GCS 3-8
 Hilang kesadaran >24 jam
 Meliputi kontusio serebral atau adanya hematum

e. Tanda dan gejala
1. Fase emergency
 Tampak laserasi
 Memar
 Hematom
 Keluar darah dari yelinga
 Fraktur tulang tengkorak
 Gangguan sensori
 Hipertensi/hipotensi

2. Fase akut
 Cidera kepala ringan-sedang
 Disorientasi ringan
 Amnesia post trauma
 Sakit kepala
 Gangguan pendengaran
 Kelemahan motorik
 Penurunan kesadaran
 Cidera kepala sedang-berat
 Tidak sadar dalam waktu lama (>24 jam)
 Cidera otak
 Gangguan akibat kerusakan saraf cranial

3. Fase penyembuhan
 Sakit kepala, konsentrasi menurun
 Gangguan memori
 Insomnia
 Penyembuhan dalam waktu lama
 Epilepsy
 Kerusakan permukaan

4. Fase post koma
 Tidur lebih lama
 Tidak berinisiatif
 Biucara sedikit


f. Patofisiologi























g. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos tengkorak
2. CT. scan
3. Laboratorium: Hb, leukosit, dll

h. Komplikasi
1. Fraktur tulang tengkorak
2. Amnesia
3. Epilepsy

i. Penatalaksanaan
1. Fraktur tulang tengkorak yang tidak terdepresi umumnya tidak membutuhkan tindakan pembedahan, namun membutuhkan pemantauan pasien yang ketat
2. Menilai jalan napas
3. Menilai pernapasan
4. Menilai sirkulasi



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada… tanggal…. Jam….
 Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, agama, alamat, no register, dan diagnosa medis.
 Penanggung jawab
Nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, agama, alamat, hubungan dengan pasien

b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
c. Pengkajian primer
 Airway
 Breathing
 Circulation
 Disability
 Exposure
d. Pengkajian sekunder
 Aktifitas
 Integritas ego
 Eliminasi
 Pola nutrisi
 Hygiene
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalakasanaan
g. Diagnosa keperawatan
i. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai o2 menuju otak
ii. Gangguan rasa nyaman nyeri behubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit
h. Intervensi
Dx i.
 Observasi keadaan umum OS dan ukur tanda-tanda vital OS
 posisikan kaki klien lebih tinggi daripada kepala (trendelenburg)
 bantu pernapasan klien dengan pemberian O2
 kolaboprasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Dx ii
 Observasi TTV
 Kaji skala nyeri
 Atur posisi OS senyaman mungkin
 Bersihkan luka
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
















ASUHAN KEPERAWATAN Pd An. W
DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)
DI RUANG BEDAH RSUD ARGA MAKMUR

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
• Nama : an. W
• Umur : 11 tahun
• Jenis kelamin: laki-laki
• Agama : islam
• Alamat : ds. Kali 2
• Nomor CM : 075094

b. Penanggung jawab
• Nama : tn. K
• Umur : 33 tahun
• Jenis kelamin: laki-laki
• Pekerjaan : swasta
• Agama : islam
• Hub. Dg OS: ayah OS
• Alamat : ds. Kali 2

c. Data medik
• Tanggal masuk : 05 maret 2010
• Diagnosis : CKR (cidera kepala ringan + vulnus
laceratum)

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. riwayat kesehatan sekarang
• alasan masuk RS
OS datang dengan keluhan kening luka (jam 19.00 WIB), kepala pusing (+), bibir bagia atas dan bawah luka, bibir OS bengkak bagian atas (+)

• keluhan utama saat dikaji
klien mengeluh nyeri luka pada luka robek dikening, mual, pusing, serta terdapat pembengkakan di belakang kepala akibat terjatuh.

b. Riwayat kesehatan yang lalu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di RS
c. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam kelurga OS tidak ada yang menderita penyakit menular


C. PENGKAJIAN PRIMER
a. airway
-inspeksi : saluran nafas tampak bersih, tidak ada secret serta
tidak terdapat polip
-palpasi : tidak ada pembengkakan di jalan nafas, tidak ada peradangan dan nyeri tekan

b. breathing
-inspeksi : sesak nafas (-), dada simetris, dan tidak menggunakan alat bantu nafas
-palpasi : RR = 24 X/menit
-auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi dan wheezing (-)
-perkusi : tidak ada massa di rongga dada

c. circulation
-inspeksi : tachycardia (-)
-palpasi : N = 80 x/menit TD= 110/70
-auskultasi : bunyi jantung tunggal regular, murmur (-)
-perkusi : tida ada cairan di rongga dada

d. disability
-tingkat kesadaran : compos mentis
-kontak mata : nilai 4 (membuka mata dengan spontan)
-respon motorik : nilai 6 (dapat mengikuti perintah sederhana)
-respon verbal : nilai 5 (OS memiliki orientasi penuh dan
mampu berbicara dengan jelas
e. exposure
-inspeksi : OS tampak menangis, lemah, pucat dan merasa pusing
-palpasi : turgor baik


PEMERIKSAAN FISIK
a) TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 24 x/menit
S : 36,9 0 C

b) Kepala
• Bentuk : terdapat luka robek dikening bagian kanan dan
terdapat luka robek dikening bagian kanan OS
• Warna rambut: hitam
• Hygiene : bersih
c) Mata
• Bentuk : simetris
• Sclera : ikterik (-)
• Konjungtiva: anemis (-)
• Pupil : isokor
• Palpebra : edema (-)
d) Hidung
• Bentuk : simetris
• Posisi septum nasi : ditengah
• Fungsi penciuman : baik
e) Telinga
• Bentuk : simetris
• Hygiene : bersih
• Fungsi : baik
f) Leher
• Pembesaran kelenjar tiroid (-)
• Pembesaran kelenjar limfe (-)
g) Dada
• Posisi thoraks : simetris
• Palpasi : tidak terdapat kelainan
• auskultasi : vesikuler
h) abdomen
• inspeksi : distensi abdomen tidak ada
• palpasi : turgor baik
• auskultasi: bising usus 17 x/menit
• perkusi : tympani
i) genitalia
OS tidak bersedia diperiksaa pada bagian genitalianya

j) ekstremitas

5 5
5 5

• Turgor baik
• Hygiene kulit: bersih
• Lengan bagian kanan terpasang infuse


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hb : 10,4 gr/dl
• Hematokrit : 31%
• Waktu perdarahan : 21 menit
• Waktu pembekuan : 61 menit
• Gol. Darah : B





















D. PENGKAJIAN SEKUNDER
no uraian Sebelum sakit Setelah sakit
1



2



3









4







5



6


7


8


9 Aktifitas



Integritas ego



Pola eliminasi
BAB
-warna
-konsistensi
-frekwensi
BAK
-warna
-konsistensi


Pola nutrisi
Pola makan
-frekwensi
Pola minum
-jumlah
-jenis
-infus

Hygiene



Nyeri atau ketidaknyamanan

Interaksi sosial


Pola istirahat/tidur

neurosensori OS dapat melakukan aktifitas secara mandiri


Emosi stabil





kuning
lembek
2 x/hari

Kuning jernih
4-5 x/hari




3 x/hari

±8 gelas/hari
Air putih
Tidak ada

Mandi 2 x/hari
Keramas 3x/hari


Tidak ada nyeri


OS suka bergaul dengan teman-temannya

Siang : --
Malam: ±8 jam

Fungsi penglihatan normal, tidak menggunakan kacamata OS banyak dibantu oleh perawat dan keluarga


Emosi labil (pola pikir tak dapat dimengerti)




Kuning kehijauan
Lembek
1 x/hari

Kuning pekat
3-4 x/hari






±2-5 gelas/hari
Air putih
Menggunakan infus RL

Dilap saja, saat dirawat tidak keramas


Nyeri pada bagian kepala disertai pusing

OS tampak pemurung dan tidak suka bicara

Siang : --
Malam: 4-6 jam

Fungsi penglihatan normal
E. PENATALAKSANAAN
• Amoxan 2 x 500 mg
• Serfac ½ ampul
• Uceranin ½ ampul
• Asam tranexamat
• Novalgin drip ½ am


F. ANALISA DATA

Nama : an. W
Umur : 11 tahun
No. RM : 075094
No DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1







2







DS: -klien mengatakan kalau
kepalanya pusing

DO:-OS tampak lemah
-OS tampak pucat
-TD = 110/70 mmHg


DS:-OS mengatakan nyeri pada
bagian kepala
-klien tampak gelisah
-terdapat luka di kepala
-klien memegang-megang
kepalanya
-skala nyeri 3 (nyeri ringan) Tidak adekuatnya suplai darah ke otak





Adanya luka robek Gangguan perfusi jaringan






Gangguan rasa nyaman nyeri














G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL DITEMUKAN DIAGNOSA
1





2 5 maret 2010




5 maret 2010 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai O2 ke otak


Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka robek


















H. INTERVENSI
Nama : an. w
Umur : 11 tahun
Nomor CM : 075094
No Tujuan/kriteria Intervensi rasionalisai
1














2

Setelah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan gangguan Perfusi jaringandapat teratasi dengan kriteria :
-tanda vital kembali
normal
-keadaan umum Os
membaik
-OS tidak pucat lagi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan rasa nyaman teratasi dengan criteria :
 Nyeri yang dirasakan klien berkurang
 TTV kembali normal
 Klien tidak mengeluh kesakitan lagi
 Skala nyeri 0 a. observasi TTV dan keadaan umum klien
b. posisikan kaki OS lebih tinggi daripada kepala (posisi trendelenburg)
c. bila diperlukan bantu klien dengan pemberian O2
d. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi




a. kaji skala nyeri dan lokasi nyeri
b. ciptakan lingkungan yang nyaman
c. berikan kesempatan OS untuk dapat beristirahat siang dan malam serta waktu tidur yang tidak terganggu
d. ajarkan metode distraksi dan relaksasi
e. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi


a. untuk mengetahui keadaan umum OS
b. agar sirkulasi darah keotak menjadi lancar

c. mempertahankan adekuatnya suplai O2

d. agar terapi yang diberikan tepat





a. untuk mengetahui lokasi dan skala nyeri
agar klien merasa lebih nyaman
dengan beristirahat rasa nyeri dapat berkurang dan mempercepat penyembuhan
b. meminimalisir skala nyeri
c. pemberian terapi yang tepat





d.

I. IMPLEMENNTASI
Nama : an. w
Umur : 11 tahun
No. CM : 075094
No Tanggal Implementasi Evaluasi formatif

1

















2 5 maret 2010

















5 maret 2010 a. Mengobservasi TTV dan keadaan umum klien



b. Mengatur posisi OS dari supinasi menjadi trendelenburg

c. Mengajarkan tehnik relaksasi untuk menghilangkan nyeri

d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi


a. Mengobservasi TTV




b. Mengkaji skala nyeri

c. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

d. Mengatur posisi OS senyaman mungkin


e. TD : 110/70 mmHg
N : 82 X/menit
P : 24 X/menit
S : 36,9 oC

Posisi klien lebih tinggi daripada kepala


Nyeri yang dirasakan OS berkurang


Keadaan umum membaik secara kesinambungan



TD : 110/70 mmHg
N : 82 X/menit
P : 24 X/menit
S : 36,9 oC

Skala nyeri 3 (ringan)

Nyeri yang dirasakan OS berkurang


OS merasa lebih nyaman
J. EVALUASI
Nama : an. w
Umur : 11 tahun
No. CM : 075094

No Tanggal Catatan perkembangan

1












2 6 maret 2010












6 maret 2010 S: -klien merasa segar
- klien merasa rasa pusingnya telah berkurang

O:-keadaan umum OS membaik
-TTV; TD=110/70 mmHg
N = 80 x/menit
P = 22 x/menit
S = 36.9 0C

A:-masalah teratasi

P:-intervensi dihentikan, klien pulang

S :-klien merasakan rasa nyeri telah berkurang
-klien merasa lebih nyaman
O:-klien tidak kesakitan lagi dan terlihat tenang
-skala nyeri 1 (ringan)
A:-masalah teratasi
P :-intervensi dihentikan, klien pulang


Argamakmur, 2010
CI pembimbing ruang bedah